Beranda | Artikel
Berjihad Dengan Ilmu Adalah Jihad Yang Paling Agung
Senin, 20 Januari 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Berjihad Dengan Ilmu Adalah Jihad Yang Paling Agung adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada 8 Rabbi’ul Tsani 1441 H / 05 Desember 2019 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Berjihad Dengan Ilmu Adalah Jihad Yang Paling Agung

Kita melangkah pada pembahasan kitab yang baru. Kita selalu berusaha untuk memilih kitab-kitab yang pembahasannya seputar masalah iman, masalah taqwa, masalah pensucian jiwa, yang semua itu merupakan sebaik-baik bekal kita untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat nanti. Maka untuk kajian kita selanjutnya, insyaAllah juga tidak lepas dari kitab para ulama kita yang memang memberikan perhatian kepada masalah-masalah penting seperti ini. Diantaranya Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullahu Ta’ala, saya memilih kitab yang membahas tentang keutamaan dan kemuliaan ilmu dari tuliskan Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala yang merupakan petikan dipembahasan yang pertama dari kitab beliau Miftah Daris Sa’adah yang kemudian untuk pembahasan yang pertama tentang keutamaan dan kemuliaan ilmu ini adalah pembahasan yang sangat luar biasa menariknya. Sampai beliau menjelaskan segi-segi keutamaan dan kemuliaan menuntut ilmu agama lebih dari 160 keutamaan.

Maka sangat bermanfaat untuk kita mengkaji poin-poin penting yang menggambarkan keutamaan dan kemuliaan ilmu ini untuk memotivasi kita agar selalu dekat dengan petunjuk agama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan petunjuk RasulNya Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam.

Karena pentingnya pembahasan ini, salah seorang ulama kita dijaman sekarang ini yaotu Syaikh Ali Hasan Al-Halabi Al-Atsari Hafidzahullahu Ta’ala menyendirikan pembahasan ini dalam sebuah kitab dengan mengambil dari kitab asal lalu mencetak tersendiri menjadi satu pembahasan yang enak untuk kita kaji -insyaAllah- dalam rangka memahami agama Islam dan termotivasi untuk lebih semangat menuntut ilmu sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mempelajari dan mengkaji wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam rangka menguatkan keimanan kita, meningkatkan ketaqwaan dan ketaatan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jadi, inilah insyaAllah yang akan kita bahas. Tulisan dari Imam Ibnu Qayyim Rahimahullahu Ta’ala, asalnya dari kitab beliau (kita besar) kitab Miftah Daris Sa’adah, العلم : فضله وشرفه (Ilmu: keutamaan dan kemuliaannya)

Dengan memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita akan membaca dan mengkaji kitab ini.

Ibnul Qayyim Rahimahullah pernah menyebutkan bahwa semua sifat baik dan sifat mulia yang menjadikan seorang hamba dipuji di dalam Al-Qur’an, maka itu adalah buah dan hasil dari pada ilmu yang bermanfaat. Sebaliknya, semua sifat buruk yang dengannya Allah mencela seorang hamba di dalam Al-Qur’an, maka semua adalah hasil dan buah dari kejahilan/ketidak pahaman terhadap ilmu agama. Na’udzubillahi min Dzalik.

Ini adalah kesimpulan yang menggambarkan kepada kita bahwa jalan ilmu benar-benar jalan kemuliaan yang seharusnya setiap orang yang menginginkan keselamatan dirinya dunia dan akhirat berusaha untuk memahaminya dan memotivasi dirinya agar menetapi jalan yang agung ini.

Mukaddimah Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu

Mukadimah atau kata pengantar yang disampaikan oleh Syaikh Ali Hasan Al-Halabi Hafidzahullahu Ta’ala. Setelah membuka dengan memuji Allah, kemudian bersyahadat, maka beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an yang mulia:

فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا ﴿٥٢﴾

Janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir serta berjihadlah kamu melawan mereka dengan Al-Qur’an sebagai jihad yang sangat agung.” (QS. Al-Furqan[25]: 52)

Perintah berjihad untuk melawan kafir dengan Al-Qur’an. Sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat, ucapan sahabat yang mulia Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhuma.

Berjihad dengan Al-Qur’an ternyata dikatakan di sini sebagai jihad yang sangat agung. Bahkan ini lebih dulu disyariatkan sebelum berjihad dengan senjata. Karena ayat ini diturunkan di dalam surat A-Furqan yang ayat ini turunnya diperiode Mekah sebelum disyariatkannya berjihad melawan orang-orang kafir dengan menggunakan senjata.

Maka ilmu adalah asal daripada jihad. Bahkan berjihad yang sesungguhnya tidak akan bisa ditegakkan tanpa bimbingan ilmu. Lihatlah orang-orang yang sekarang mengatasnamakan jihad kemudian melakukan perbuatan-perbuatan yang malah tercela, mencoreng Islam dan Islam berlepas diri darinya. Seperti perbuatan orang-orang yang melakukan teror, melakukan bom bunuh diri dan perbuatan-perbuatan yang lainnya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hidayah kepada kaum muslimin untuk kembali kepada pemahaman Islam yang benar.

Tidak akan sempurna berjihad yang disyariatkan di dalam Islam kecuali setelah kita memahami ilmu tentangnya; mempelajari hukum-hukumnya, hal-hal yang hubungan dengan keyakinan dalam berjihad, adab-adabnya, petunjuk-petunjuk yang berkenaan dengannya. Jadi jihad tidak akan mungkin ditegakkan tanpa ilmu.

Jihad memang adalah perkara yang sangat agung, kedudukannya tinggi di dalam Islam. Tapi tanpa mempelajarinya, tanpa memahami dalil-dalilnya dengan benar, tanpa mengetahui siapa yang ditujukkan dalam berjihad sehingga tidak mudah untuk mengkafirkan kaum muslimin, bukannya malah melawan pemerintah kaum muslimin atau malah melakukan jihad dengan mengorbankan nyawa orang-orang yang tidak berdosa, ini disebabkan karena ketiadaan ilmu dalam masalah ini.

Oleh karena itu ilmu merupakan sebab agar kita bisa berjihad dengan benar. Makanya ayat Al-Qur’an ini menyebutkan, “Berjihad dengan ilmu sebagai jihad yang paling besar.”

Dan termasuk kaedah dari para ulama Ahlus Sunnah, bahwasanya sarana memiliki hukum yang sama dengan tujuan. Untuk bisa berjihad dengan benar, kita harus paham ilmu. Maka berarti menuntut ilmu berdasarkan penerapan kaidah ini adalah termasuk jihad dan merupakan jihad yang sangat agung.

Di sinilah kita perhatikan bahwa ketika seseorang jauh dari pemahaman dan bimbingan ilmu para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Membaca Al-Qur’an kemudian tidak merujuk kepada tafsir yang benar, membaca hadits-hadits Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam tapi tidak melihat keterangan para ulama. Apa yang terjadi? Mereka akan menggunakan istilah agama yang kedudukannya sangat tinggi tapi dengan cara yang salah, dengan cara yang justru merusak agama itu sendiri. Contoh seperti penerapan masalah jihad, penerapan masalah amar ma’ruf nahi munkar, ini banyak disewakan maknanya disebabkan karena ketidakpahaman terhadap ilmu.

Imam Malik bin Anas Rahimahullahu Ta’ala pernah menjelaskan tentang orang-orang Khawarij yang semangat beragama tapi tanpa ilmu akhirnya keluar memerangi umatnya Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam. Kata Imam Malik bahwa ada beberapa orang yang punya semangat dalam beribadah, tapi mereka meremehkan ilmu, tidak mau menuntut ilmu, hanya semangat tapi tanpa bimbingan ilmu yang benar, akhirnya mereka keluar, memberontak, memerangi umatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan pedang-pedang mereka. Seandainya mereka menuntut ilmu, maka mestinya ilmu akan mencegah mereka dari kerusakan tersebut.

Coba lihat sekarang, orang-orang yang bersemangat dalam beragama, ingin beribadah, ketika mereka melihat kesalahan atau berita yang meraka anggap salah tentang pemerintah kaum muslimin, seharusnya kalau kita berpikir untuk perbaikan kita berusaha menasehati supaya ketika pemerintah baik maka masyarakat juga baik. Akan turun keberkahan dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

الدِّينُ النَّصِيحَةُ

“Agama ini adalah nasehat.”

Semua berhak mendapatkan nasehat. Nasehat dengan cara yang baik, dengan cara lemah-lembut. Dengan cara seperti ini, akan menjadikan perbaikan bagi semua. Tapi kalau seandainya yang ada adalah mencela, yang ada dalam melakukan tindakan-tindakan kekerasan, memaksakan pendapat, kadang-kadang juga berita yang didengar belum dibuktikan kebenarannya (belum diklarifikasi). Yang terjadi adalah kekacauan, tidak berusaha untuk menjadikan orang yang kita nasehati tenang, agar menerima nasehat sehingga dia bisa berubah, kemudian juga akan menjadi sebab ketenangan kita dalam beribadah, ketenangan kita dalam menunaikan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah. Tapi dengan cara-cara yang keras tersebut malah timbul kekacauan, malah timbul permusuhan, malah akan terjadi saling melaknat antara pemimpin dengan bawahannya sehingga nasehat akan susah masuk. Bagaimana caranya seperti ini akan bisa tercipta kedamaian? Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus untuk memberikan nasehat dengan cara yang lemah-lembut.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّـهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

Disebabkan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala (wahai Rasulullah) engkau berlaku lemah-lembut terhadap mereka, seandainya kamu adalah orang yang keras dan kasar hatinya maka niscaya mereka akan lari dan berpaling dari sisimu.” (QS. Ali-Imran[3]: 159)

Akibat tidak mempelajari ilmu, menjadi sebab yang timbul justru kekacauan, jihad yang agung justru disalahgunakan dan disalahpahami, akhirnya malah mendatangkan kekacauan, malah mendatangkan permusuhan yang tentu ini tidak diridhai didalam Islam.

Simak menit ke-15:58

Dengarkan dan Download MP3 Kajian Tentang Berjihad Dengan Ilmu Adalah Jihad Yang Paling Agung



Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48126-berjihad-dengan-ilmu-adalah-jihad-yang-paling-agung/